KEBUDAYAAN DAERAH MASYARAKAT ADONARA
FLORES TIMUR-NTT
Mata Kuliah Manusia
dan Kebudayaan Indonesia
Oleh:
VERDINANDES TUAN SABON
NPM: 12.75. 5211
SEKOLAH TINGGI FILSAFAT KATOLIK
LEDALERO- M
A U M E R E
2 0 1 3 – 2014
I.
PENDAHULUAN
Budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari
generasi ke generasi. Budaya
merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang
cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
beradaptasi dengan orang-orang yang
berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa
budaya itu dipelajari.
Tanah Tadon Adonara
adalah sebuah sebutan kebanggaan bagi setiap Putra/i yang berasal dari Adonara.
Nama pulau "Adonara" tidak hanya terkenal dilingkungan Flores, NTT
atau Nasional, namun nama ini juga cukup dikenal di luar negari hingga saat ini. Hidup masyarakat Adonara pun tidak terlepas dari
budaya. Masyarakat Adonara memiliki berbagai jenis kebudayaan daerah baik yang
sudah dikenal oleh msayarakat luas maupun belum dikenal, namun itu semua
merupakan bagian dari kekayaan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Adonara.
II.
KONSEP
KEBUDAYAAN DAERAH
2.1
KONSEP
KEBUDAYAAN[1]
Kebudayaan adalah cara hidup (a way of life) dari satu kelompok sosial yang tercermin
dalam sikap2 umum yang sama, nilai2 yang sama dan perilaku yang sama.
Kebudayaan adalah susunan arti dan nilai yang dipakai oleh manusia agar dapat
menyesuaikan diri dengan pelbagai lingkungan hidup atau sosio-budaya (a total design for living, a way of
behaving, a way of thinking and acting-reacting).
Kebudayaan adalah hasil proses belajar (learned)Kebudayaan itu tidak datang dari atau bergantung pada transmisi biologis atau
pewarisan melalui unsur fisologis genetis, tetapi merupakan hasil proses
belajar. Jadi kelakuan-kelakuan yang instingtif ( yang digerakkan oleh naluri
sejak kelahiran) itu tidak dipelajari, dan oeh karena itu tidak bisa dinamakan
kebudayaan, seperti misalnya gerakan-gerakan refleks otot tertentu.
Sebagai makhluk sosial, manusia itu memiliki
konsep-konsep abstrak yang dinyatakan dalam bentuk “tanda” (sign) dan “lambang” (symbol). Salah satu simbol yang paling
nyata dan praktis adalah bahasa,
lewat mana manusia dapat belajar dan berkomunikasi. Karena manusia dapat
berbahasa, maka hanya manusia yang dapat menggunakan simbol dan tanda, dan oleh
karena itu hanya manusialah yang berbudaya.
2.2
KONSEP
KEBUDAYAAN DAERAH
Kebudayaan daerah diartikan
sebagai kebudayaan yang khas yang terdapat pada wilayah tersebut. Keragaman
budaya daerah bergantung pada faktor geografis. Semakin besar wilayahnya, maka
makin komplek perbedaan kebudayaan satu dengan yang lain.[2]
III.
KEBUDAYAAN
DAERAH MASYARAKAT ADONARA
3.1
GAMBARAN
UMUM MASYARAKAT ADONARA[3]
(NAMA
PULAU ADONARA)
Nama Adonara mempunyai dua pengertian. Adonara
berasal dari kata "Ado" dan "Nara". Ado ini mengingatkan
orang Adonara akan pria pertama yang hidup di pulau itu yakni Kelake Ado Pehan[4].
Sedangkan "Nara" artinya kampung, bangsa, kaum kerabat. Jadi Adonara artinya
Ado punya kampung, Ado punya suku
bangsa, Ado punya keturunan dan kaum kerabat.
Adonara juga
berasal dari kata Adoknara. "Adok" yang yang berarti mengadu domba
dan "nara" yang artinya kampung, suku bangsa, kaum kerabat, golongan
atau Puak. Jadi Adoknara artinya mengadudomba warga antarkampung, suku bangsa,
kaum kerabat. Pengertian ini merujuk pada watak khas orang Adonara yang
"gemar" berperang. Jika hendak berperang, maka para pihak akan
menghubungi "nara" yakni keluarga, saudara, kaum kerabat di kampung
lainnya agar memihak kepada mereka dalam perang tanding.
3.2
KEBUDAYAAN
DAERAH MASYARAKAT ADONARA
Masyarakat
Adonara memiliki berbagai jenis kebudayaan daerah yang mana kebudayaan itu
merupakan kekayaan masyarakat Adonara pada umumnya. Secara sederhana kebudayaan
dapat membentuk sifat dan karakter masyarakat dan juga sebagai sarana untuk
menciptakan persatuan dan kesatuan di antara masyarakat Adonara. Berikut ini
diuraikan berbagai kebudayaan yang ada di pulau Adonara;
3.2.1.1
TARIAN
HEDUNG
Tarian
Hedung merupakan tarian tradisional dalam budaya masyarakat Adonara. Tarian ini
merupakan tari perang yang dulunya dibawakan untuk menyambut pahlawan yang
pulang dari medan perang. Tarian ini melambangkan nilai-nilai kepahlawanan dan
semangat berjuang yang tak kenal menyerah. Dewasa ini,tarian hedung yang
merupakan salah satu tarian kebanggaan masyarakat Adonara juga dibawakan dalam
acara; penyambutan tamu,pada pesta adat seperti; pembuatan rumah adat dan
pernikahan dan pesta sakramen Imamat.
Dalam
tarian ini, para penari baik tua, muda/anak – anak yang terdiri dari kaum laki
– laki dan juga beberapa kaum perempuan. Jumlah penari tidak tentu, sesuai dengan kebutuhan. Namun
biasanya paling sedikit lima orang . penari terdepan bertindak sebagi pemandu.
Ia memberikan aba aba /perintah bagi penari yang lainnya. Mereka meminkn gerak
kaki , tangan kepala dan seluruh badan. Gerak dimulai dengan kaki kiri , gerak
maju gerak mundur berputar ditempat, atau balik kanan. Juga antar pemain sering
berhadapandan meragakan orang yang berperang ; gerak menikam dengan tombak,
memotong dengan parang, atau menangkis dengan perisai , terkadang diikuti
dengan teriakan histeris.
Berbagai
perlengkapan yang biasanya digunakan para ksatria Adonara dalam tarian hedung
atau untuk berperang,yaitu : Parang Adonara (Kenube witi Taran), Tombak (Gala),
Perisai (Dopi), Knobo (perhiasan
di kepala terbuat dari daun kelapa atau daun lontar ), Gemerincing atau gasing; (alat yang dipasaang pada pergelangan
kaki, yang berbunyi jika kaki dihentakan ), Kain sarung tradisional( Kwatek
– untuk Perempuan dan Nowi’n – untuk
Laki – laki). Tarian hedung ini diiringi dengan musik tradisional seprti; Gong Bawa ( gong gendang ), Gong Inang (Gong induk ), Gong Anang (gong anak /kecil ). Gendang.
Dilihat dari alat dan gerak , Hedung
merupakan tarian perang. Menurut yang punya cerita, Pulau Adonara di jaman dulu
terekenal dengan “perang tanding” = perang antar keluarga, antara suku dan
antar kapung. Penyebab paling menonjol adalah soal batas wilayah dan hak atas
kepemilikan tanah. Dari corak , tairan ini terkenal ada tiga jenis : Hedung Tubak Belo ( menggambarkan perang
tanding), Hedung Hodi Kotek
(menggambarkan acara penjemputan pasukan perang yang membawa pulang kepala sebagi tanda kemenangan),
Hedung Megeneng Kabeleng
(mengggambarkan acara penerimaan tamu )
3.2.1.2
TARIAN
DOLO-DOLO
Tarian Dolo merupakan
salah satu tarian lain dari kultur masyarakat Adonara. Tarian ini melambangkan nilai-nilai persahabatan dan seringkali dimanfaatkan oleh kaum muda untuk
mencari pasangan.Tarian ini biasanya dimainkan oleh para pemuda/i pada
waktu-waktu tertentu, mis acara syukuran, pada malam bulan purnama dll.
Dalam tarian ini, setiap peserta (siapa saja boleh mengikuti tarian
ini) akan saling mentautkan jari kelingking dan membentuk lingkaran. Jika
peserta banyak, lingkaran bisa terdiri dari 3 lapis atau lebih. Para peserta
akan saling melantunkan pantun dan saling berbalasan. Tarian ini akan berakhir
jika sudah tidak ada lagi peserta yang bisa membalas pantun yang dinyanyikan
oleh peserta lainnya. Selama masih bisa berbalas-balasan, tarian ini tidak akan
berakhir. Tarian ini juga biasanya dibawakan pada saat musim panen. Semalam
suntuk para masyarakat Adonara larut dalam kegembiraan tarian Dolo untuk
mensyukuri hasil panen yang diperoleh. Tak jarang berawal dari salang balas
pantun dalam tarian ini, muncul perasaan terhadap lawan jenis, berlajut dengan
pacaran dan akhirnya ke jenjang pernikahan.
3.2.2
KEBUDAYAAN SENI[6]
3.2.2.1
SENI TENUN IKAT
Kwatek
(untuk perempuan, lihat aku di sebelah kanan,hehheh) dan Nowi'n (untuk
laki-laki, lihat nowi'n yang digunakan oleh pemain Hedung) merupakan tenunan
tradisional asal Flores – Adonara. Tenunan ini berbeda-beda motifnya. Tenunan Adonara
ini memiliki ciri umum dengan variasi lebih dari 3 benang dan ukiran motif
hanya berada di bagian atas dan bawah sarung saja. Satu lagi yang membedakan
kwatek Adonara dengan kwatek lain adalah, penggunaan benang yang di buat
sendiri dari kapas sebagai campuran, meskipun cuma sedikit, tetapi pasti selalu
ada.
Kwatek dan
Nowi'n berbeda dari segi motif dan warna yang digunakan, kalau kwatek lebih
"rame" dalam hal variasi warna dan motif sementara Nowi'n lebih
simpel.Meskipun satu digunakan oleh perempuan dan yang satu lagi digunakan oleh
laki-laki, tetapi dalam hal penyebuatan, untuk mempermudah kadang digunakan
kata Kwatek yang menunjukkan tenunan tradisional Adonara.
Penggunaan Kwatek & Nowi'n; Tenunan
tradisional ini sampai sekarang masih digunakan dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat Adonara meskipun dengan frekuensi yang mulai menurun sebagai akibat
dari perkembangan mode dalam fashion yang didukung oleh kelancaran arus barang
dan jasa serta berkurangnya minat menggunakan Kwatek. Tetapi pada acara ataupun pesta adat kwatek masih tetap
digunakan karena merupakan sebuah keharusan, misalnya ya dalam tarian hedung
atau tarian lain seperti sole (my favorite one, muah, muah,muah[7]),
lili dll, dalam pesta pernikahan, ataupun pada saat kematian dan upacara adat
lain yang bukan pesta.
Proses Pembuatan Kwatek: Untuk Kwatek
Kiwane (asli) proses pembuatannya bisa memakan waktu selama sebulan
serta tergantung musim berbunga dari pewarnanya (keroke) dan tentunya musim
berbuah kapas. Untuk Kwatek biasa,
pembuatannya memakan waktu sekitar satu minggu.
3.2.2.2
SENI UKIR NEAK.
Neak adalah sebuah alat minum tradisional yang
terbuat dari tempurung kelapa tua. Bentuknya tidak seperti gelas tetapi
bentuknya seperti tempurung kelapa pada umumnya. Penggunaan alat Neak ini
adalah sebagai alat minum arak atau tuak pada saat upacara adat.
3.2.2.3
SENI UKIR KENUBE
(PARANG)
Parang dalam kebudayaan masyarakat Adonara
sangat berbeda jenis dengan parang yang ada di daerah-daerah yang lain.
Parang dalam masyarakat Adonara adalah
sebuah alat tajam yang terbuat besi sebagai bahan dasarnya Parang ini biasa
digunakan sebagai alat senjata dalam perang tanding di Adonara. Parang ini juga
sebagai alat untuk tarian hedung dan perhiasan yang diietakkan di rumah. Dalam
tradisi masyarakat Adonara parang ini melambangkan kesatriaan seorang
laki-laki.
3.2.2.4
SENI UKIR GALA (TOMBAK)
Tombak juga merupakan satu jenis alat tajam yang
digunakan oleh masyarakat Adonara. Penggunaan Tombak ini terlebih untuk beburu.
Tetapi dalam Tradisi, Tombak ini merupakan senjata tajam Adonara yang digunakan
dalam Perang dengan pasangannya parang. Selain itu juga tombak ini dipakai
sebagai alat dalam tarian hedung. Tempat penyimpanan tombak ini biasa di
rumah-rumah adat dan di rumah tempat tinggal sebagai sebuah perhiasan dalam
rumah.
3.2.2.5
NI’LE (MANIC-MANIK)
Nille sebutan dalam bahasa lamaholot Adonara.
Nille ini semacam alat perhisan yang biasa dikenakan oleh kaum wanita Adonara,
terlebih mereka yang sudah berusia lanjut tetapi tidak menutup kemungkinan
untuk para gadis adonara.
Uniknya Proses Pembuatan
Jagung Titi
Jagung titi atau dalam bahasa Lamaholot (bahasa daerah
setempat)Wata Kenaen merupakan makan pokok bagi masyarakat Adonara disamping Nasi.
Sesuai dengan namanya, jagung titi terbuat dari biji jagung. Proses
pembuatannya cukup unik. Jagung akan “dipreteli” atau dilepas dari batangnya
menjadi biji jagung yang terpisah. Biji jagung ini kemudian disangrai (digoreng
kering) dengan menggunakan wajan yang terbuat dari tanah liat.
Cara
sangrainya pun tidak sekaligus semuanya, tetapi sekitar 5 – 10 biji setiap kali
naik tungku Setelah dirasa cukup matang, biji jagung tersebut dikeluarkan
kemudian dititikan dengan menggunakan 2 buah batu. Satu batu berfungsi sebagai
alas dan yang lainnya menjadi pemukul. Untuk mengeluarkan biji jagung dari
wajan yang masih panas, pembuat jagung titi yang pada umumnya adalah wanita
Adonara tidak menggunakan spatula atau alat bantu lain tetapi hanya menggunakan
tangan. Dalam keadaan masih panas, jagung tersebut dipipihkan. Hasilnya adalah
apa yang dikenal sebagai Jagung titi.
3.2.3
KEUDAYAAN MUSIK
3.2.3.1 GAMBUS ADONARA
Seperti musik gambus
umumnya, GAMBUS ADONARA ini menggunakan instrumen gambus, alat musik petik
seperti mandolin. Kalau di Jawa Timur gambus selalu dimainkan bersama, orkes
gambus, di Flores, khususnya Adonara, gambus dimainkan tunggal. Karena itu,
pemain gambus sangat terkenal di hingga pelosok desa. Di malam bulan purnama,
orang-orang kampung duduk di halaman sembari menikmati musik gambus.
3.2.3.2 GONG
Gong adalah sebuah alat musik yang ada
di pulau Adonara. Gong digunakan sebagai alat musik pengiring dalam tarian
hedung. Gong ini berpasangan dengan gendang. Bahan dasarnya terbuat dari
logam-besi.
3.2.3.3
GENDANG (BAWA)
Gendang
juga merupakan alat musik yang ada di Adonara. Penggunaan gendang ini selalu
berpasangan dengan Gong. Alat music ini juga digunakan dalam tarian hedung.
Bahan dasarnya terbuat dari bulatan kayu besar (kayu yang dibuat rongga) denagn
kulit binatang (kulit sapi yang dikeringkan).
3.2.3.4
LETTO
Letto
adalah sebuah alat music tradisional dalam budaya Adonara. Letto ini sebutan
dalam bahasa Adonara. Fungsinya bukan
sebagai alat music pengiring, tetapi alat music ini biasanya dipasang di kebun.
Kegunaan music ini dilihat dari bunyinya, yakni sebagai tanda bahwa orang-orang
mulai berdatangan dikebun dan memulai suatu kegiatan di kebunnya. Bahan
dasarnya terbuat pohon Waru.
3.2.4
KEBUDAYAAN
SASTRA
3.2.4.1
KELENG LALENG KELENG SITI BOTE LALENG KELENG
Ungkapan khas Lamaholot,
warga Flores Timur, tentang seorang ibu yang menggendong bayinya dengan penuh
cinta. Kata-kata khas semacam inilah yang membuat orang NTT tak pernah lupa
kampung halamannya meskipun sudah bertahun-tahun tinggal di tempat lain.
3.2.4.1.1
BAHASA SASTRA YANG DIGUNAKAN SAAT MAU BEPERGIAN JAUH
“Bapa teti-Ema plali, Lewo tana Tena Laya,
Nuba Nara bani rorok, Ketilo Pulo bledan Lema, Uma Lango noon knere, Ina-Ama
goe pau boe guna gotak, loge towe ua genek sari wayak mio kae pi. Puken marim
anam uhu ba’i kolo titem pi nae susa teti uma teti lango. Ti nae panah nai ata
ekan nai seba lewo tana aghon paken, balik naan gelekat lewo gewayan tana. Ti
go leta pai taan tou taan ehan, uin taan gahan ehan ti nugu jaga nae mulai nae
lodo pita matan sampe hewo si tempat kria name. Nogen take nabiten take, tana
nae tepeloen gawa naen te peletem, kotem sama berara hala, aem sama kemuhuk
hala. Panah nai node gute gawe nai node hoe, ti ola loen gaut wain ti bera nae
pana tuen balik tepi lewo tana. O…Bapa-Ema mio waham kae koda goen esi kae pi
peten mio kepae ake maan gelupan ”.
Bahasa sastra dalam bahasa
Adonara tersebut di atas sulit untuk dijelaskan atau diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia. Pada intinya bahwa bahasa tersebut diatas merupakan bahasa adat
dalam budaya adonara. Bahasa tersebut tidak biasa digunakan dalam kehidupan
harian tetapi digunakan saat upcara adat. Ungkapan sastra diatas atau bahasa
adat di atas diungkapkan di depan nuba-nara
atau koke bale[8]
ketika seseorng hendak bepergian jauh untuk mencari rejeki di tanah orang.
IV.
PENUTUP
Manusia
sebagai makhluk sosial, memiliki konsep-konsep abstrak yang dinyatakan dalam
bentuk “tanda” dan “lambang”. Salah satu
simbol yang paling nyata dan praktis adalah bahasa, lewat mana manusia dapat belajar dan berkomunikasi.
Karena manusia dapat berbahasa, maka hanya manusia yang dapat menggunakan
simbol dan tanda, dan oleh karena itu hanya manusialah yang berbudaya.
Masyarakat
Adonara juga memiliki berbagai jenis kebudayaan daerah yang mana dapat
memperkaya diri dan masyarakat pada umumnya. Kebudayaan dan tradisi merupakan
dua hal yang sangat erat hubungan dalam satu masyarakat social. Manusia yang
berbudaya adalah manusia yang tahu adat dan budayanya sendiri dan budaya yang
lain.
[1]
Diktat kuliah; MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
INDONESIA, P. Drs. Ansel Doredae, SVD, MA.
[2]
http://redu4nebarkaoi.wordpress.com/2008/05/07/kebudayaan-daerah-dan-kebudayaan-nasional/
[4] Kelake Ado
Pehan. Kelake sebutan untuk kaum laki-laki, Ado Pehan adalah nama dari
laki-laki itu.
[5] http://maryantosilvester.blogspot.com/2012/07/tarian-adat-adonara-flores-timur.html TARIAN ADAT
ADONARA FLORES TIMUR
[7]
muah,
muah,muah dalam bahasa Lamaholot Adonara yang artinya sekali-seksli.
[8]
nuba-nara atau
koke bale: tempat penyembahan kepada para leluhur.