Minggu, 08 Desember 2013


KEBUDAYAAN DAERAH MASYARAKAT ADONARA
FLORES TIMUR-NTT




Mata Kuliah Manusia dan Kebudayaan Indonesia

Oleh:

VERDINANDES TUAN SABON

NPM: 12.75. 5211

SEKOLAH TINGGI FILSAFAT KATOLIK
LEDALERO- M A U M E R E

2 0 1 32014



I.           PENDAHULUAN

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha beradaptasi  dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Tanah Tadon Adonara adalah sebuah sebutan kebanggaan bagi setiap Putra/i yang berasal dari Adonara. Nama pulau "Adonara" tidak hanya terkenal dilingkungan Flores, NTT atau Nasional, namun nama ini juga cukup dikenal di luar negari hingga saat ini. Hidup  masyarakat Adonara pun tidak terlepas dari budaya. Masyarakat Adonara memiliki berbagai jenis kebudayaan daerah baik yang sudah dikenal oleh msayarakat luas maupun belum dikenal, namun itu semua merupakan bagian dari kekayaan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Adonara.

II.                KONSEP KEBUDAYAAN DAERAH
2.1              KONSEP KEBUDAYAAN[1]

Kebudayaan adalah cara hidup (a way of life) dari satu kelompok sosial yang tercermin dalam sikap2 umum yang sama, nilai2 yang sama dan perilaku yang sama.
Kebudayaan adalah susunan arti dan nilai yang dipakai oleh manusia agar dapat menyesuaikan diri dengan pelbagai lingkungan hidup atau sosio-budaya (a total design for living, a way of behaving, a way of thinking and acting-reacting).
Kebudayaan adalah hasil proses belajar (learned)Kebudayaan itu tidak datang dari atau bergantung pada transmisi biologis atau pewarisan melalui unsur fisologis genetis, tetapi merupakan hasil proses belajar. Jadi kelakuan-kelakuan yang instingtif ( yang digerakkan oleh naluri sejak kelahiran) itu tidak dipelajari, dan oeh karena itu tidak bisa dinamakan kebudayaan, seperti misalnya gerakan-gerakan refleks otot tertentu.
Sebagai makhluk sosial, manusia itu memiliki konsep-konsep abstrak yang dinyatakan dalam bentuk “tanda” (sign) dan “lambang” (symbol). Salah satu simbol yang paling nyata dan praktis adalah bahasa, lewat mana manusia dapat belajar dan berkomunikasi. Karena manusia dapat berbahasa, maka hanya manusia yang dapat menggunakan simbol dan tanda, dan oleh karena itu hanya manusialah yang berbudaya.

2.2              KONSEP KEBUDAYAAN DAERAH
Kebudayaan daerah diartikan sebagai kebudayaan yang khas yang terdapat pada wilayah tersebut. Keragaman budaya daerah bergantung pada faktor geografis. Semakin besar wilayahnya, maka makin komplek perbedaan kebudayaan satu dengan yang lain.[2]

III.             KEBUDAYAAN DAERAH MASYARAKAT ADONARA
3.1              GAMBARAN UMUM MASYARAKAT ADONARA[3]
(NAMA PULAU ADONARA)

Nama  Adonara mempunyai dua pengertian. Adonara berasal dari kata "Ado" dan "Nara". Ado ini mengingatkan orang Adonara akan pria pertama yang hidup di pulau itu yakni Kelake Ado Pehan[4]. Sedangkan "Nara" artinya kampung, bangsa, kaum kerabat. Jadi Adonara artinya Ado punya kampung,  Ado punya suku bangsa, Ado punya keturunan dan kaum kerabat.
Adonara juga berasal dari kata Adoknara. "Adok" yang yang berarti mengadu domba dan "nara" yang artinya kampung, suku bangsa, kaum kerabat, golongan atau Puak. Jadi Adoknara artinya mengadudomba warga antarkampung, suku bangsa, kaum kerabat. Pengertian ini merujuk pada watak khas orang Adonara yang "gemar" berperang. Jika hendak berperang, maka para pihak akan menghubungi "nara" yakni keluarga, saudara, kaum kerabat di kampung lainnya agar memihak kepada mereka dalam perang tanding.

3.2              KEBUDAYAAN DAERAH  MASYARAKAT  ADONARA

Masyarakat Adonara memiliki berbagai jenis kebudayaan daerah yang mana kebudayaan itu merupakan kekayaan masyarakat Adonara pada umumnya. Secara sederhana kebudayaan dapat membentuk sifat dan karakter masyarakat dan juga sebagai sarana untuk menciptakan persatuan dan kesatuan di antara masyarakat Adonara. Berikut ini diuraikan berbagai kebudayaan yang ada di pulau Adonara;

3.2.1        KEBUDAYAAN TARI-TARIAN[5]
3.2.1.1  TARIAN HEDUNG

Tarian Hedung merupakan tarian tradisional dalam budaya masyarakat Adonara. Tarian ini merupakan tari perang yang dulunya dibawakan untuk menyambut pahlawan yang pulang dari medan perang. Tarian ini melambangkan nilai-nilai kepahlawanan dan semangat berjuang yang tak kenal menyerah. Dewasa ini,tarian hedung yang merupakan salah satu tarian kebanggaan masyarakat Adonara juga dibawakan dalam acara; penyambutan tamu,pada pesta adat seperti; pembuatan rumah adat dan pernikahan dan pesta sakramen Imamat.
Dalam tarian ini, para penari baik tua, muda/anak – anak yang terdiri dari kaum laki – laki dan juga beberapa kaum perempuan. Jumlah penari tidak tentu, sesuai dengan kebutuhan. Namun biasanya paling sedikit lima orang . penari terdepan bertindak sebagi pemandu. Ia memberikan aba aba /perintah bagi penari yang lainnya. Mereka meminkn gerak kaki , tangan kepala dan seluruh badan. Gerak dimulai dengan kaki kiri , gerak maju gerak mundur berputar ditempat, atau balik kanan. Juga antar pemain sering berhadapandan meragakan orang yang berperang ; gerak menikam dengan tombak, memotong dengan parang, atau menangkis dengan perisai , terkadang diikuti dengan teriakan histeris.
Berbagai perlengkapan yang biasanya digunakan para ksatria Adonara dalam tarian hedung atau untuk berperang,yaitu : Parang Adonara (Kenube witi Taran), Tombak (Gala), Perisai (Dopi), Knobo (perhiasan di kepala terbuat dari daun kelapa atau daun lontar ), Gemerincing atau gasing; (alat yang dipasaang pada pergelangan kaki, yang berbunyi jika kaki dihentakan ), Kain sarung tradisional( Kwatek – untuk Perempuan dan Nowi’n – untuk Laki – laki). Tarian hedung ini diiringi dengan musik tradisional seprti; Gong Bawa ( gong gendang ), Gong Inang (Gong induk ), Gong Anang (gong anak /kecil ). Gendang.
Dilihat dari alat dan gerak , Hedung merupakan tarian perang. Menurut yang punya cerita, Pulau Adonara di jaman dulu terekenal dengan “perang tanding” = perang antar keluarga, antara suku dan antar kapung. Penyebab paling menonjol adalah soal batas wilayah dan hak atas kepemilikan tanah. Dari corak , tairan ini terkenal ada tiga jenis : Hedung Tubak Belo ( menggambarkan perang tanding), Hedung Hodi Kotek (menggambarkan acara penjemputan pasukan perang yang  membawa pulang kepala sebagi tanda kemenangan), Hedung Megeneng Kabeleng (mengggambarkan acara penerimaan tamu )

3.2.1.2  TARIAN DOLO-DOLO

              Tarian Dolo merupakan salah satu tarian lain dari kultur masyarakat Adonara. Tarian ini melambangkan nilai-nilai persahabatan dan seringkali dimanfaatkan oleh kaum muda untuk mencari pasangan.Tarian ini biasanya dimainkan oleh para pemuda/i pada waktu-waktu tertentu, mis acara syukuran, pada malam bulan purnama dll.
                          Dalam tarian ini, setiap peserta (siapa saja boleh mengikuti tarian ini) akan saling mentautkan jari kelingking dan membentuk lingkaran. Jika peserta banyak, lingkaran bisa terdiri dari 3 lapis atau lebih. Para peserta akan saling melantunkan pantun dan saling berbalasan. Tarian ini akan berakhir jika sudah tidak ada lagi peserta yang bisa membalas pantun yang dinyanyikan oleh peserta lainnya. Selama masih bisa berbalas-balasan, tarian ini tidak akan berakhir. Tarian ini juga biasanya dibawakan pada saat musim panen. Semalam suntuk para masyarakat Adonara larut dalam kegembiraan tarian Dolo untuk mensyukuri hasil panen yang diperoleh. Tak jarang berawal dari salang balas pantun dalam tarian ini, muncul perasaan terhadap lawan jenis, berlajut dengan pacaran dan akhirnya ke jenjang pernikahan.

3.2.2     KEBUDAYAAN SENI[6]
3.2.2.1  SENI TENUN IKAT
Kwatek (untuk perempuan, lihat aku di sebelah kanan,hehheh) dan Nowi'n (untuk laki-laki, lihat nowi'n yang digunakan oleh pemain Hedung) merupakan tenunan tradisional asal Flores – Adonara. Tenunan ini berbeda-beda motifnya. Tenunan Adonara ini memiliki ciri umum dengan variasi lebih dari 3 benang dan ukiran motif hanya berada di bagian atas dan bawah sarung saja. Satu lagi yang membedakan kwatek Adonara dengan kwatek lain adalah, penggunaan benang yang di buat sendiri dari kapas sebagai campuran, meskipun cuma sedikit, tetapi pasti selalu ada.
Kwatek dan Nowi'n berbeda dari segi motif dan warna yang digunakan, kalau kwatek lebih "rame" dalam hal variasi warna dan motif sementara Nowi'n lebih simpel.Meskipun satu digunakan oleh perempuan dan yang satu lagi digunakan oleh laki-laki, tetapi dalam hal penyebuatan, untuk mempermudah kadang digunakan kata Kwatek yang menunjukkan tenunan tradisional Adonara.
Penggunaan Kwatek & Nowi'n; Tenunan tradisional ini sampai sekarang masih digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Adonara meskipun dengan frekuensi yang mulai menurun sebagai akibat dari perkembangan mode dalam fashion yang didukung oleh kelancaran arus barang dan jasa serta berkurangnya minat menggunakan Kwatek. Tetapi pada acara ataupun pesta adat kwatek masih tetap digunakan karena merupakan sebuah keharusan, misalnya ya dalam tarian hedung atau tarian lain seperti sole (my favorite one, muah, muah,muah[7]), lili dll, dalam pesta pernikahan, ataupun pada saat kematian dan upacara adat lain yang bukan pesta.
Proses Pembuatan Kwatek: Untuk Kwatek  Kiwane (asli) proses pembuatannya bisa memakan waktu selama sebulan serta tergantung musim berbunga dari pewarnanya (keroke) dan tentunya musim berbuah kapas. Untuk Kwatek biasa, pembuatannya memakan waktu sekitar satu minggu.

3.2.2.2  SENI UKIR NEAK.

Neak adalah sebuah alat minum tradisional yang terbuat dari tempurung kelapa tua. Bentuknya tidak seperti gelas tetapi bentuknya seperti tempurung kelapa pada umumnya. Penggunaan alat Neak ini adalah sebagai alat minum arak atau tuak pada saat upacara adat.

3.2.2.3  SENI UKIR KENUBE (PARANG)

Parang dalam kebudayaan masyarakat Adonara sangat berbeda jenis dengan parang yang ada di daerah-daerah yang lain. Parang  dalam masyarakat Adonara adalah sebuah alat tajam yang terbuat besi sebagai bahan dasarnya Parang ini biasa digunakan sebagai alat senjata dalam perang tanding di Adonara. Parang ini juga sebagai alat untuk tarian hedung dan perhiasan yang diietakkan di rumah. Dalam tradisi masyarakat Adonara parang ini melambangkan kesatriaan seorang laki-laki.

3.2.2.4   SENI UKIR GALA (TOMBAK)

                             Tombak juga merupakan satu jenis alat tajam yang digunakan oleh masyarakat Adonara. Penggunaan Tombak ini terlebih untuk beburu. Tetapi dalam Tradisi, Tombak ini merupakan senjata tajam Adonara yang digunakan dalam Perang dengan pasangannya parang. Selain itu juga tombak ini dipakai sebagai alat dalam tarian hedung. Tempat penyimpanan tombak ini biasa di rumah-rumah adat dan di rumah tempat tinggal sebagai sebuah perhiasan dalam rumah.

3.2.2.5     NI’LE (MANIC-MANIK)

Nille sebutan dalam bahasa lamaholot Adonara. Nille ini semacam alat perhisan yang biasa dikenakan oleh kaum wanita Adonara, terlebih mereka yang sudah berusia lanjut tetapi tidak menutup kemungkinan untuk para gadis adonara.

3.2.2.6 JAGUNG TITI

     Uniknya Proses Pembuatan Jagung Titi
Jagung titi atau dalam bahasa Lamaholot (bahasa daerah setempat)Wata Kenaen merupakan makan pokok bagi masyarakat Adonara disamping Nasi. Sesuai dengan namanya, jagung titi terbuat dari biji jagung. Proses pembuatannya cukup unik. Jagung akan “dipreteli” atau dilepas dari batangnya menjadi biji jagung yang terpisah. Biji jagung ini kemudian disangrai (digoreng kering) dengan menggunakan wajan yang terbuat dari tanah liat.
Cara sangrainya pun tidak sekaligus semuanya, tetapi sekitar 5 – 10 biji setiap kali naik tungku Setelah dirasa cukup matang, biji jagung tersebut dikeluarkan kemudian dititikan dengan menggunakan 2 buah batu. Satu batu berfungsi sebagai alas dan yang lainnya menjadi pemukul. Untuk mengeluarkan biji jagung dari wajan yang masih panas, pembuat jagung titi yang pada umumnya adalah wanita Adonara tidak menggunakan spatula atau alat bantu lain tetapi hanya menggunakan tangan. Dalam keadaan masih panas, jagung tersebut dipipihkan. Hasilnya adalah apa yang dikenal sebagai Jagung titi.

3.2.3        KEUDAYAAN MUSIK
3.2.3.1  GAMBUS ADONARA

Seperti musik gambus umumnya, GAMBUS ADONARA ini menggunakan instrumen gambus, alat musik petik seperti mandolin. Kalau di Jawa Timur gambus selalu dimainkan bersama, orkes gambus, di Flores, khususnya Adonara, gambus dimainkan tunggal. Karena itu, pemain gambus sangat terkenal di hingga pelosok desa. Di malam bulan purnama, orang-orang kampung duduk di halaman sembari menikmati musik gambus.

3.2.3.2  GONG
Gong adalah sebuah alat musik yang ada di pulau Adonara. Gong digunakan sebagai alat musik pengiring dalam tarian hedung. Gong ini berpasangan dengan gendang. Bahan dasarnya terbuat dari logam-besi.

3.2.3.3 GENDANG (BAWA)
Gendang juga merupakan alat musik yang ada di Adonara. Penggunaan gendang ini selalu berpasangan dengan Gong. Alat music ini juga digunakan dalam tarian hedung. Bahan dasarnya terbuat dari bulatan kayu besar (kayu yang dibuat rongga) denagn kulit binatang (kulit sapi yang dikeringkan).

3.2.3.4 LETTO
Letto adalah sebuah alat music tradisional dalam budaya Adonara. Letto ini sebutan dalam bahasa Adonara.  Fungsinya bukan sebagai alat music pengiring, tetapi alat music ini biasanya dipasang di kebun. Kegunaan music ini dilihat dari bunyinya, yakni sebagai tanda bahwa orang-orang mulai berdatangan dikebun dan memulai suatu kegiatan di kebunnya. Bahan dasarnya terbuat pohon Waru.

3.2.4        KEBUDAYAAN SASTRA
3.2.4.1  KELENG LALENG KELENG SITI BOTE LALENG KELENG

Ungkapan khas  Lamaholot, warga Flores Timur, tentang seorang ibu yang menggendong bayinya dengan penuh cinta. Kata-kata khas semacam inilah yang membuat orang NTT tak pernah lupa kampung halamannya meskipun sudah bertahun-tahun tinggal di tempat lain.

3.2.4.1.1  BAHASA SASTRA YANG DIGUNAKAN SAAT MAU BEPERGIAN JAUH

             Bapa teti-Ema plali, Lewo tana Tena Laya, Nuba Nara bani rorok, Ketilo Pulo bledan Lema, Uma Lango noon knere, Ina-Ama goe pau boe guna gotak, loge towe ua genek sari wayak mio kae pi. Puken marim anam uhu ba’i kolo titem pi nae susa teti uma teti lango. Ti nae panah nai ata ekan nai seba lewo tana aghon paken, balik naan gelekat lewo gewayan tana. Ti go leta pai taan tou taan ehan, uin taan gahan ehan ti nugu jaga nae mulai nae lodo pita matan sampe hewo si tempat kria name. Nogen take nabiten take, tana nae tepeloen gawa naen te peletem, kotem sama berara hala, aem sama kemuhuk hala. Panah nai node gute gawe nai node hoe, ti ola loen gaut wain ti bera nae pana tuen balik tepi lewo tana. O…Bapa-Ema mio waham kae koda goen esi kae pi peten mio kepae ake maan gelupan ”.
Bahasa sastra dalam bahasa Adonara tersebut di atas sulit untuk dijelaskan atau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Pada intinya bahwa bahasa tersebut diatas merupakan bahasa adat dalam budaya adonara. Bahasa tersebut tidak biasa digunakan dalam kehidupan harian tetapi digunakan saat upcara adat. Ungkapan sastra diatas atau bahasa adat di atas diungkapkan di depan nuba-nara atau koke bale[8] ketika seseorng hendak bepergian jauh untuk mencari rejeki di tanah orang.

IV.             PENUTUP

Manusia sebagai makhluk sosial, memiliki konsep-konsep abstrak yang dinyatakan dalam bentuk “tanda”  dan “lambang”. Salah satu simbol yang paling nyata dan praktis adalah bahasa, lewat mana manusia dapat belajar dan berkomunikasi. Karena manusia dapat berbahasa, maka hanya manusia yang dapat menggunakan simbol dan tanda, dan oleh karena itu hanya manusialah yang berbudaya.
Masyarakat Adonara juga memiliki berbagai jenis kebudayaan daerah yang mana dapat memperkaya diri dan masyarakat pada umumnya. Kebudayaan dan tradisi merupakan dua hal yang sangat erat hubungan dalam satu masyarakat social. Manusia yang berbudaya adalah manusia yang tahu adat dan budayanya sendiri dan budaya yang lain.




[1] Diktat kuliah; MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA, P. Drs. Ansel Doredae, SVD, MA.
[2] http://redu4nebarkaoi.wordpress.com/2008/05/07/kebudayaan-daerah-dan-kebudayaan-nasional/
[3] www.students.ukdw.ac.id 
[4] Kelake Ado Pehan. Kelake sebutan untuk kaum laki-laki, Ado Pehan adalah nama dari laki-laki itu.
[6] Sumber; Wawancara via telepon seluler.
[7] muah, muah,muah dalam bahasa Lamaholot Adonara yang artinya sekali-seksli.
[8] nuba-nara atau koke bale: tempat penyembahan kepada para leluhur.